38°C
05/06/2025
Sejarah

Kisah Ksatria Perempuan dari Galunggung di Kawedanaan Rongga

  • Agustus 27, 2024
  • 3 min read
  • 376 Views
Kisah Ksatria Perempuan dari Galunggung di Kawedanaan Rongga

INFO BANDUNG BARAT—Rongga adalah sebuah wilayah kecamatan yang kini berada di bagian selatan Kabupaten Bandung Barat. Berdekatan dengan Gununghalu.

Namun ternyata nama Rongga di ambil dari nama kampung pertama pendiri Kawedanaan Rongga yang selanjutnya berganti nama menjadi Cililin yang membawahi seluruh wilayah bagian selatan Bandung Barat seperti Cililin, Gununghalu, Cihampelas, Sindangkerta, Cipongkor dan Rongga saat ini.

Awal Mula Kawedanaan Rongga

Rongga berasal dari kata Rangga yaitu sebuah gelar kebangsawanan jaman dahulu. Sehingga Rongga menjadi sebuah singkatan dari rorompok para rangga. Konon Kampung Rongga awalnya bernama Karanggan yang diperkirakan berdiri pada tahun 1689 M.

Penamaan Karanggan berasal dari kisah Eyang Jena, anak dari Bupati Sukapura Parakanmuncang yang diutus untuk mengamankan wilayah sekitar sungai Citarum yang saat itu dihadang oleh pemberontak dan begal. Beliau melakukan perjalanan selama 5 hari dan membuat sebuah pemukiman baru dengan nama Karanggan yang berarti tempat tinggal para Rangga.

Eyang Jena dan Eyang Ningrum Kusuma sebagai Tokoh Kawedanaan Rongga

Ada juga yang mengartikan Rongga sebagai singkatan dari rongkah dan gagah, dinisbatkan kepada Eyang Istri yang merupakan istri dari Eyang Jena seorang tokoh pejuang di Rongga. Eyang Jena dan Eyang Istri dimakamkan di samping sungai Citarum. Eyang Istri bernama asli Ningrum Kusuma, seorang ksatria perempuan asal Galunggung yang telah berhasil menumpas semua bajo atau badog silalawi yang terkenal hebat dan sadis.

Komplek pemakaman Eyang Jena dan Eyang Istri di Kecamatan Cihampelas dekat Sungai Citarum (dahulu masuk wilayah Kawedanaan Rongga) (foto: Kisah Tanah Sunda)
Komplek pemakaman Eyang Jena dan Eyang Istri di Kecamatan Cihampelas dekat Sungai Citarum (dahulu masuk wilayah Kawedanaan Rongga) (foto: Kisah Tanah Sunda)

Badog Silalawi ini merupakan bekas prajurit pemberontakan Mataram bawahan Pangeran Trunojoyo yang berhasil meluluhlantakan istana Anagkurat II. Kehadiran Badog Silalawi ini terjadi pada awal pemerintahan Tumenggung Wiraangun angun atau RA. Astamanggala pengganti Adipati Ukur sebagai pemimpin baru Kabupaten Bandung.

Dikutip dari video dokumenter Kisah Tanah Sunda, sekitar abad ke-17, Kawedaan Rongga sedang dalam keadaan kacau, banyak terjadi perampokan yang dilakukan oleh sisa pasukan pemberontak Trunojoyo yang lari ke wilayah sungai Citarum.

Di saat pemberontakan itu terjadi, salah satu strategi Eyang Istri adalah dengan cara memancing para pemberontak dengan suara perempuan. Sementara para prajurit dari Eyang Jena, bersembunyi di bantaran sungai Citarum. Kemudian setelah para pemberontak terpancing, Eyang Istri memberi komando untuk menyerang. Para bajo tersebut satu per satu melarikan diri dan terbunuh. Nama-nama bajo itu juga diabadikan menjadi nama-nama daerah di sekitar sungai Citarum meski kini sudah terendam oleh waduk Saguling.

Kisah ini juga menjadi cikal bakal terbentuknya Kawedanaan Cililin. Sebelum berganti nama menjadi Kawedanaan Cililin, daerah itu lebih dulu bernama Kawedanaan Rongga. Ibukotanya berada di Kampung Rongga, Cihampelas. Kemudian dipindahkan ke daerah Sumur Bandung yang kini menjadi alun-alun Cililin oleh Eyang Raksawijaya yang merupakan adik dari Eyang Jena.***

About Author

Ayu Diah

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *