Memperingati Hari Sastra Indonesia, Inilah Buku-Buku Sastra Indonesia yang Wajib Kamu Baca Sebelum Mati

INFO BANDUNG BARAT—Tanggal 3 Juli diperingati sebagai Hari Sastra Indonesia, bertepatan dengan hari lahir Abdoel Moeis, yang merupakan sastrawan Indonesia yang legendaris.
Penetapan tanggal dilakukan oleh Wakil Menteri Kebudayaan dari Kemendikbud, Wiendu Nuryanti. Saat itu, ia bersama para sastrawan yang hadir memilih sosok yang representif untuk penetapan Hari Sastra Indonesia.
Sastra tidak pernah lepas dari tulisan dan buku. Berikut adalah buku-buku sastra Indonesia yang wajib kamu baca minimal sekali seumur hidup:
1. O Amuk Kapak – Sutardji Calzoum Bachri
Berisi tentang pencarian hakikat ketuhanan. Buku ini menbuktikan bahwa sastra mampu memberikan kontribusi spiritual bagi pembaca maupun penulisnya. Melalui sastra, terutama puisi, penyair dapat mengungkapkan suasana batin dan segala persoalan untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan sebagai sutradara dan pemilik alam semesta.
2. Asmaradana – Goenawan Mohamad
Buku ini memiliki simbol waktu. Secara kodrat, manusia selalu berada di antara waktu awal dan waktu akhir. Waktu awal menegaskan proses dari tidak ada menjadi ada (kelahiran), selanjutnya waktu akhir menjelaskan dari ada menjadi tidak ada (kematian). Di antara keduanya ada malam, senja, subuh dan deskripsi-deskripsi waktu tersebut selalu bermakna bagi catatan perjalanan manusia.
3. Duka-Mu Abadi – Sapardi Djoko Damono
Buku ini mengangkat tema tentang pengabdian dan pengorbanan Tuhan kepada umat manusia. Tuhan di sini diartikan sebagai pelayan manusia. Selain mengangkat tema-tema keagamaan, dalam buku ini juga terdapat beberapa puisi tentang asmara. Salah satunya puisi yang berjudul “Sonet: X”.
4. Mata yang Enak Dipandang – Ahmad Tohari
Buku kumpulan cerpen ini memberikan perspektif terhadap kepengarangan Ahmad Tohari sendiri. Sebagai cerpenis, ciri khasnya menampilkan khazanah lokalitas, kesederhanaan, dan nilai-nilai kehidupan. Buku ini adalah kumpulan cerita yang sempurna. Menghibur dan memberikan pelajaran hidup. Mengajak untuk merenung sekaligus berontak.
5. Corat-Coret di Toilet – Eka Kurniawan
Buku ini mengisahkan tentang berbagai macam reaksi mahasiswa terhadap situasi pemerintahan yang terekam di toilet, mengingat kebebasan berpendapat menjadi sangat mahal di tengah gemuruh politik yang sedang terjadi pada saat itu, sehingga dinding toilet pun dijadikan media menyalurkan aspirasi yang tertahan.
6. Aksi Massa – Tan Malaka
Buku ini memberikan frekuensi-frekuensi spirit pergerakan bagi kaum muda untuk terus berjuang dan menegakkan keadilan demi kesejahteraan bersama. Buku ini juga mengajak untuk tetap melakukan aksi massa yang berhubungan dengan rakyat banyak demi kebutuhan ekonomi dan politik mereka. Bukan melakukan putch atau gerakan-gerakan radikal yang tidak berhubungan dengan rakyat.
7. Kumpulan Budak Setan – Eka Kurniawan, Intan Paramaditha, Ugoran Prasad
Sebuah antologi horor dewasa yang apik. Ditulis dengan baik, menyerap berbagai aspek tulisan; sosial, dan budaya. Horor tidak selalu tentang hantu, tetapi ruang liyan yang menciptakan kemungkinan runtuhnya realitas yang seharusnya atau tatanan yang kita percaya.
8. Kritikus Adinan – Budi Darma
15 cerpen yang terkumpul dalam buku ini memberikan ilham kepada pembaca bahwa betapa sulitnya seseorang keluar dari dunia yang serba chaos. Bahkan, Budi Darma tidak memberikan solusi terhadap permasalahan ini. Dapatkah kita keluar dari kemunafikan dunia saat ini?
9. Gadis Pantai – Pramoedya Ananta Toer
Dalam novel ini tersirat jelas mengenai makna ‘memanusiakan manusia’ dimana tergambar jelas mengenai perbedaan pandangan antara orang kota ke orang kampung dan orang kampung ke orang kota. Satu kutipan yang melekat adalah “Nasib kitalah memang, Nak. Nasib kita. Seganas-ganas laut, dia lebih pemurah dari hari priyayi.” Kutipan yang menjadi identitas keseluruhan dari isi buku ini.
10. Bumi – Tere Liye
Buku ini mengajarkan kita untuk tidak mudah putus asa dan jangan gegabah dalam mengambil keputusan. Materi yang disampaikan buku ini memang cukup berat, namun penyampaian bahasa yang digunakan terbilang ringan dan mudah dipahami dengan premis menarik.***