Menelisik Isi Prasasti Kolonial di Perkebunan Panglejar Cikalongwetan

INFO BANDUNG BARAT—Keberadaan perkebunan besar era Hindia Belanda menjadi jejak budaya penting dalam perjalanan panjang sejarah perekonomian Indonesia, sebagai bukti kemakmuran Hindia Belanda dan negeri induk Belanda ketika itu. Perkebunan besar, terutama milik swasta asing di Hindia Belanda, mencapai puncak kejayaan pada akhir abad ke-19 awal hingga abad ke-20, atau periode 1870-1942.
Salah satunya perkebunan di daerah Bandung Barat, siapa tidak kenal Perkebunan Panglejar di Cikalongwetan?
Perkebunan Panglejar PTPN VIII merupakan gabungan dari enam kebun, yaitu Panglejar lama, Pangheotan, Friesland, Maswati, Gunung Susuruh, dan Rajamandala, yang sekarang sudah menjadi bagian kebun atau afdeeling (afdeling). Tiga bagian kebun di antaranya menjadi lokasi kajian dalam tulisan ini, yaitu Afdeling Panglejar 1A, Afdeling Maswati 2, dan Afdeling Rajamandala.
Kebun Panglejar sudah tercatat dalam registrasi Hindia Belanda sejak tahun 1893, Kebun Maswati sejak tahun 1899, dan Kebun Rajamandala sudah berdiri sejak tahun 1898 (Regeering Alamanaks voor Nederlansche-Indie, 1901; 1902) meninggalkan jejak sejarah berupa artefak perkebunan. Artefak kolonial Perkebunan Panglejar berupa prasasti dipahatkan di Gedung Industri Hilir The (IHT) Panglejar berangka tahun 1925.

Prasasti kolonial di IHT kemudian disebut Prasasti Kolonial Perkebunan Panglejar, adalah prasasti pendirian kembali Pabrik Teh Panglejar lama. Prasasti tersebut dipahatkan di dinding dalam ruang kantor administrasi Gedung IHT PTPN VIII Bagian Panglejar1. Gedung IHT tersebut merupakan bekas pabrik teh Kebun Panglejar lama, juga pernah digunakan sebagai pabrik karet Ribbed Smoked Sheet (RSS). Bekas bangunan Kamar Asap (rubberfabriek) masih ada dan sekarang ini difungsikan sebagai gudang. Lokasi gedung IHT terletak di emplasemen Kebun Panglejar lama (Panglejar 1A).
Perkebunan Panglejar lama atau Onderneming Pangledjar menurut Hans Boers adalah perusahaan keluarga, yang bernama Boutmij Thee Cultuur NV, Daniel Cornelis Boutmij (D.C. Boutmij atau Boutmy), sebagai pendiri awal dan pemilik utama (“Inventari van het archief van het Fonds/Belindo: Thee cultuur maatschappaij Pangheotan een Diverse Andere Cultuur maatschappijen, 1894-1875, Door J.A.A.Bervoets,” 1994: 5-11). Kemudian perusahaan perkebunan tersebut berpindah kepemilikan menjadi milik N.V. Cult. Mij. Pangledjar Djakarta. Lokasi kebun terletak ± 10 Km dari halte Sasaksaat dan Rendeh, pinggir jalan raya Bandung-Purwakarta menuju Jakarta.
Perkebunan Panglejar lama memiliki lokasi permukiman disebut Emplasemen Permukiman Panglejar. Emplasemen Panglejar lama tersebut sekarang menjadi Panglejar 1A dan Panglejar 1B Perkebunan Panglejar.. Secara administratif lokasi emplasmen permukiman tersebut sekarang termasuk ke Desa Cisomang Barat dan Desa Tenjo Laut. Gedung IHT sendiri terletak di Desa Tenjo Laut, di lahan perbatasan antara Desa Tenjo Laut dan Desa Cisomang Barat, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat.